apa ada sesuatu diotakmu ..???

Minggu, 28 Agustus 2011

Memahami Lebih Jauh Tentang Hari Natal

KELAHIRAN YESUS MENURUT BIBEL

Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam

Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1,10,11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).
Lukas 2:1-8:
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galelilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud- supaya didaftarkan bersama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. 
Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lapin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka dirumah penginapan.
Didaerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjanga kawanan ternak mereka pada waktu malam.”

Jadi, menuru Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu yang sedang melaksanakan sensus penduduk ( 7M = 579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam ibu Yesus berasal dari Betlehem, maka mereka bertiga ke sana, dan lahirlah Yesus di Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampan dan membaringkannya dalam palungan (tempat makan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput.

Menurut Matius 2:1, 10, 11
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masukalah mereka kedalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibunya.
Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintah tahun 37 SM- 4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur.

Cukup jelas pertentangan kedua ayat (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember.
Penggambaran kelahiran yang ditandai dengn bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari.

Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil.

kelahiran Yesus menurut Qur'an
”Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: ”Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah. ”Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”
(Surat Maryam\19: 23-25)

Jadi menurut Al Quran Yesus dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Untuk itu perlu kita cermati pendapat sarjana Kristen Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible – seperti dikutip buku Bible dalam Timbangan oleh Soleh A. Nahdi (hal 23): Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan Agustus-September.
Sementara itu Uskup Barns dalam Rise of Christianity – seperti juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi berpendapat sebagai berikut:

”Kepercayaan, bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Betlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pegunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 300 Masehi”


TAHUN BERAPA YESUS LAHIR

Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun 1, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun Injil Lukas 2:1 (telah dikutip sebelumnya) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus jadi antara tahun 27 Sebelum Maseh-14 Sesudah Masehi. Sedangkan Matius: 2:1 (Juga telah dikutip) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes Agung: tahun 37 Sebelum Masehi-4 Sesudah Masehi.

Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus dengan berita yang disampaikan oleh Injil, Lukas maupun Matius, tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 Sebelum Masehi, tahun 6 Sebelum Masehi, tahun 4 sesudah Masehi. Antara lain di kutip dari buku tulisan Rev. Dr. Charles Francis Petter, MA. . B.D., S.T.M. yang berjudul, The Lost Years of Jesus Revealed hal 119 sebagai berikut:

Pada abad ke-19 setelah terbukti dan akhirnya diakui bahwa Herodes telah mati 4 tahun sebelum masehi dan setelah ditetapkan, bahwa menurut cerita Matius (2:16) raja Herodes memerintahkan pembunuhan kanak-kanak umur/dibawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus harus digeser kebelakang, paling sedikit 4 tahun sebelum masehi. Masa kini para sarjana lebih condong menggeserkan tanggal lahirnya Yesus itu 5 sampai 6 tahun kebelakang tahun Masehi. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya, dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran) malah soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanan juga harus dibangkitkan kembali.
Jadi sampai hari ini pun tidak ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan.

ASAL USUL PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER

Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.

Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.

Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katolik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pangannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari: day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.

Maka supaya agama Katolik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/ penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus).

Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan, Pertama, hari minggu (Sunday=hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.

Sesudah Kaisar Kontantin memeluk agama Katolik pada abad ke-4 masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katolik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama panganisme politheisme nenek moyang.
Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang.
Demikian kepercayaan panganis politheisme mendapat ajaran tentang Dewa Matahari yang diperingati tanggal 25 Desember.
Mari kita telususri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan panganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuno didalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud).
H.W. Amstrong dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, Worlwide Chrch of God, California USA, 1994, menjelaskan:

Namrud cucu Ham, anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nimrod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “Marad” yang artinya: “Dia membangkang atau Murtad antara lain dengan keberaniaannya mengawinkan ibu kandungnya sendiri bernama “Semiramis”.
Namun usia Namrud tidak sepannjang ibu sekaligus istrinya. Maka setelah Namrud mati, Semiramis menyebarkan ajaran: bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpamaan pohon “Evergreen” yang tumbuh dari sebatang kayu mati.

Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan tanggal 25 Desember. Inilah asal usul pohon Natal.

Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai “anak suci dari surga”.

Putaran jaman menyatakan bahwa penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi “Mesiah palsu”, berupa dewa “Ba-al” anak dewa matahari dengan objek penyembahan ‘Ibu dan Anak (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain: Di mesir berupa “Isis dan Osiris”, di Asia bernama “Cybele dan Deoius”. Di Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, “Kwan Im” di Cina, Jepang dan Tibet, India, Persia, Afrika, Eropa dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa “Madonna” dan lain-lain.

Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa):

1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga dinyatakan dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekalugus penganut kepercayaan ini.
2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
4. Ba-al yang disembah orang-orang Israel adalah dewa pendududk asli tanah Kana’an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan.
5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir Kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.

Demikian juga Serapsis, Attis, Issis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia) dan Fo Hi (bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa, Easter.

Jadi konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember disalib/dibunuh kemudian dibangkitan, sudah ada sejak zaman purba.

Konsep/dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karana merekalah telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah KEBOHONGAN yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada Jemaat Roma:

Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai seorang berdosa? (Roma 3:7)

Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat pesannya:

Jawab Yesus kepada mereka: Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.(Matius 24:4-5).

PANDANGAN BIBEL TENTANG UPACARA NATAL.

Untuk mengetahui pandangan Bibel tentang perayaan Natal yang diwarisi oleh tradisi paganisme, baiklah kita telaah Yeremia 10:2-4:
”Beginilah firman Tuhan: ”Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang diseganii bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukanlah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang”.

Demikianlah pandangan Bibel tentang upacara Natal yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaaan bangsa-bangsa penyembah berhala.
Selanjutnya mari kita simak penjelasan Yeremia 10:5
”Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun. Tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun dia tidak dapt.”

SUMBER-SUMBER KRISTEN YANG MENOLAK NATAL

1. Catolic Encyclopedia, ediai 1911 tentang Christmas:
” Natal bukanlah upacara gereja yang pertama... melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari., kemudian dijadikan kelahiran Yesus.
Dalam buku yang sama, tentang ” Natal Day” dinyatakan sebagai berikut:

”Di dalam kitab suci tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau penyelenggaraan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”

2. Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan:

”Natal bukanlah upacara gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakan dan Bibel juga tidak pernah menyelenggarakannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”

3. Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944 menyatakan:

”Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran tersebut.......”.

(Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus)..... Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke-4 M. Pada abad ke-5 M. Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari ”Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.”

Kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingatri hari kelahiran Isa Al Masih- yang mereka sebut Tuhan Yesus.
Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).
Read More

Sabtu, 27 Agustus 2011

Adakah Nabi Yang MEnikahi Gadis Usia 9 Tahun ?

 Seorang teman kristen suatu kali bertanya kepada saya, "Akankah anda menikahkan saudara perempuanmu yang berumur 7 tahun dengan seorang tua berumur 50 tahun?" Saya terdiam.

Dia melanjutkan, "Jika anda tidak akan melakukannya, bagaimana bisa anda menyetujui pernikahan gadis polos berumur 7 tahun, Aisyah, dengan Nabi anda?" Saya katakan padanya, "Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaan anda pada saat ini." Teman saya tersenyum dan meninggalkan saya dengan guncangan dalam batin saya akan agama saya.

Kebanyakan muslim menjawab bahwa pernikahan seperti itu diterima masyarakat pada saat itu. Jika tidak, orang-orang akan merasa keberatan dengan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah.

Bagaimanapun, penjelasan seperti ini akan mudah menipu bagi orang-orang yang naif dalam mempercayainya. Tetapi, saya tidak cukup puas dengan penjelasan seperti itu.

Nabi merupakan manusia tauladan, Semua tindakannya paling patut dicontoh sehingga kita, Muslim dapat meneladaninya. Bagaimaanpun, kebanyakan orang di Islamic Center of Toledo, termasuk saya, Tidak akan berpikir untuk menunangkan saudara perempuan kita yang berumur 7 tahun dengan seorang laki-laki berumur 50 tahun. Jika orang tua setuju dengan pernikahan seperti itu, kebanyakan orang, walaupun tidak semuanya, akan memandang rendah terhadap orang tua dan suami tua tersebut.

Tahun 1923, pencatat pernikahan di Mesir diberi intruksi untuk menolak pendaftaran dan menolak mengeluarkan surat nikah bagi calon suami berumur di bawah 18 tahun, dan calon isteri dibawah 16 tahun. Tahun 1931, Sidang dalam oraganisasi-oraganisi hukum dan syariah menetapkan untuk tidak merespon pernikahan bagi pasangan dengan umur diatas (Women in Muslim Family Law, John Esposito, 1982). Ini memperlihatkan bahwa walaupun di negara Mesir yang mayoritas Muslim pernikahan usia anak-anak adalah tidak dapat diterima.

Jadi, Saya percaya, tanpa bukti yang solidpun selain perhormatan saya terhadap Nabi, bahwa cerita pernikahan gadis brumur 7 tahun dengan Nabi berumur 50 tahun adalah mitos semata. Bagaimanapun perjalanan panjang saya dalam menyelelidiki kebenaran atas hal ini membuktikan intuisi saya benar adanya.

Nabi memang seorang yang gentleman. Dan dia tidak menikahi gadis polos berumur 7 atau 9 tahun. Umur Aisyah telah dicatat secara salah dalam literatur hadist. Lebih jauh, Saya pikir bahwa cerita yang menyebutkan hal ini sangatlah tidak bisa dipercaya.

Beberapa hadist (tradisi Nabi) yang menceritakan mengenai umur Aisyah pada saat pernikahannya dengan Nabi, hadist-hadist tersebut sangat bermasalah. Saya akan menyajikan beberapa bukti melawan khayalan yang diceritakan Hisham ibnu `Urwah dan untuk membersihkan nama Nabi dari sebutan seorang tua yang tidak bertanggung jawab yang menikahi gadis polos berumur 7 tahun.


Bukti #1: Pengujian Terhadap Sumber Yang Menyatakan Nabi Menikahi Gadis usia 7 / 9 tahun

Sebagian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak di hadist yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari bapaknya, yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Adalah aneh bahwa tak ada seorangpun yang di Medinah, dimana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Medinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini.
Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, di mana Hisham tinggal disana dan pindah dari Medinah ke Iraq pada usia tua.

Tehzibu'l-Tehzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : " Hisham sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq " (Tehzi'bu'l-tehzi'b, Ibn Hajar Al-`asqala'ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).

Dalam pernyataan lebih lanjut bahwa Malik ibn Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq: " Saya pernah diberi tahu bahwa Malik menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq" (Tehzi'b u'l-tehzi'b, IbnHajar Al- `asqala'ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol.11, p. 50).

Mizanu'l-ai`tidal, buku lain yang berisi uraian riwayat hidup pada periwayat hadist Nabi saw mencatat: "Ketika masa tua, ingatan Hisham mengalami kemunduran yang mencolok" (Mizanu'l-ai`tidal, Al-Zahbi, Al-Maktabatu'l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4, p. 301).

KESIMPULAN:
berdasarkan referensi ini, Ingatan Hisham sangatlah buruk dan riwayatnya setelah pindah ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak kredibel.

KRONOLOGI:  tanggal penting dalam sejarah Islam:

Pra-610 M: Jahiliyah (pra-Islamic era) sebelum turun wahyu
610 M: turun wahyu pertama Abu Bakr menerima Islam
613 M: Nabi Muhammad mulai mengajar ke Masyarakat
615 M: Hijrah ke Abyssinia.
616 M: Umar bin al Khattab menerima Islam.
620 M: dikatakan Nabi meminang Aisyah
622 M: Hijrah ke Yathrib, kemudian dinamai Medina
623/624 M: dikatakan Nabi saw berumah tangga dengan Aisyah

Bukti #2:Meminang Siti Aisyah

Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun.

Tetapi, di bagian lain, Al-Tabari mengatakan: "Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa jahiliyahh dari 2 isterinya " (Tarikhu'l-umam wa'l-mamlu'k, Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara'l-fikr, Beirut, 1979).

Jika Aisyah dipinang 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623/624 M (usia 9 tahun), ini mengindikasikan bahwa Aisyah dilahirkan pada 613 M. Sehingga berdasarkan tulisan Al- Tabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613M, Yaitu 3 tahun sesudah masa Jahiliyahh usai (610 M).

Tabari juga menyatakan bahwa Aisyah dilahirkan pada saat Jahiliyah. Jika Aisyah dilahirkan pada era Jahiliyah, seharusnya minimal Aisyah berumur 14 tahun ketika dinikah. Tetapi intinya Tabari mengalami kontradiksi dalam periwayatannya.

KESIMPULAN: Al-Tabari tak reliable mengenai umur Aisyah ketika menikah.

Bukti # 3: Umur Aisyah jika dihubungkan dengan umur Fatimah

Menurut Ibn Hajar, 
"Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun... Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah" (Al-isabah fi tamyizi'l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu'l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).

Jika Statement Ibn Hajar adalah factual, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.

KESIMPULAN: Ibn Hajar, Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal kontradiksi satu sama lain. Tetapi tampak nyata bahwa riwayat Aisyah menikah usia 7 tahun adalah mitos tak berdasar.


Bukti #4: Umur Aisyah dihitung dari umur Asma'

Menurut Abda'l-Rahman ibn abi zanna'd: "Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah (Siyar A`la'ma'l-nubala', Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu'assasatu'l-risalah, Beirut, 1992).

Menurut Ibn Kathir: "Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya [Aisyah]"
(Al-Bidayah wa'l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933).

Menurut Ibn Kathir: "Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut iwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau beberapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun"
(Al-Bidayah wa'l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al- jizah, 1933)

Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: "Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 or 74 H." (Taqribu'l-tehzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi'l-nisa', al-harfu'l-alif, Lucknow).

Menurut sebagaian besar ahli sejarah, Asma, Saudara tertua dari Aisyah berselisih usia 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun dia tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah 622M). (100 - 73 = 27)

Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun. Jadi, Aisyah, berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada taun dimana Aisyah berumah tangga.

Berdasarkan Hajar, Ibn Katir, and Abda'l-Rahman ibn abi zanna'd, usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun.

Dalam bukti # 3, Ibn Hajar memperkirakan usia Aisyah 12 tahun dan dalam bukti #4 Ibn Hajar mengkontradiksi dirinya sendiri dengan pernyataannya usia Aisyah 17 atau 18 tahun. Jadi mana usia yang benar ? 12 atau 18..?

KESIMPULAN: Ibn Hajar tidak valid dalam periwayatan usia Aisyah.

Bukti #5: Perang BADAR dan UHUD

Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab karahiyati'l-isti`anah fi'l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: "ketika kita mencapai Shajarah". Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.

Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab Ghazwi'l-nisa' wa qitalihinnama`a'lrijal): "Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb]."

Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud dan Badr.

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu'l-maghazi, Bab Ghazwati'l-khandaq wa hiya'l-ahza'b): "Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb."

Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, dan (b) Aisyahikut dalam perang badar dan Uhud

KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.

BUKTI #6: Surat al-Qamar (Bulan)

Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: "Saya seorang gadis muda(jariyah dalam bahasa arab)" ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, Kitabu'l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa'l-sa`atu adha' wa amarr).

Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah(The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah in Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan. Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir
ketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane's Arabic English Lexicon).

Jadi, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karena itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikah Nabi.

KESIMPULAN: Riwayat ini juga mengkontra riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.


Bukti #7: Terminologi bahasa Arab

Menurut riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepadanya tentang pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata: "Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) atau seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)". Ketika Nabi bertanya tentang identitas gadis tersebut (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah.

Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata bikr dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun.

Kata yang tepat untuk gadis belia yang masih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan dimuka, adalah jariyah. Bikr disisi lain, digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaimana kita pahami dalam bahasa Inggris "virgin". Oleh karena itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah "wanita" (bikr) (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p. .210,Arabic, Dar Ihya al-turath
al-`arabi, Beirut).


Kesimpulan: Arti literal dari kata, bikr (gadis), dalam hadist diatas adalah "wanita dewasa yang belum punya pengalaman sexual dalam pernikahan." Oleh karena itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu menikahnya.


Bukti #8. Text Qur'an

Seluruh muslim setuju bahwa Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Qur'an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun?

Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat, yang bagaimanapun, yang menuntun muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Petunjuk Qur'an mengenai perlakuan anak Yatim juga valid diaplikasikan ada anak kita sendiri sendiri.

Ayat tersebut mengatakan : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (Qs. 4:5) Dan
ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.

Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. ?? (Qs. 4:6)

Dalam hal seorang anak yang ditingal orang tuanya, Seorang muslim
diperintahkan untuk (a) memberi makan mereka, (b) memberi pakaian, (c) mendidik mereka, dan (d) menguji mereka thd kedewasaan "sampai usia menikah" sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.

Disini, ayat Qur'an menyatakan tentang butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang objektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka.

Dalam ayat yang sangat jelas diatas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggungjawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun. Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, Gadis tersebut secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah. Ibn Hambal (Musnad Ahmad ibn Hambal, vol.6, p. 33 and 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untuk bermain dengan mainannya daripada mengambil tugas sebagai isteri.

Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa Abu Bakar,seorang tokoh muslim, akan menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 taun dengan Nabi yang berusia 50 tahun.. Sama
sulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.

Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan,"berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?" Jawabannya adalah Nol besar.

Logika kita berkata, adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?

Abu Bakr merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, Jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur'an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliau
akan menolak dengan tegas karena itu menentang hukum-hukum Quran.

KESIMPULAN: Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hukum kedewasaan yang dinyatakan Quran. Oleh karena itu, Cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun adalah mitos semata.

Bukti #9: Ijin dalam pernikahan

Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, p. 665). Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi kesyahan sebuah pernikahan.

Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan.

Adalah tidak terbayangkan bahwa Abu Bakr, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan mananggapi secara keras tentang persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun.

Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis yang menurut hadith dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.


KESIMPULAN: Rasulullah tidak menikahi gadis berusia 7 tahun karena akan tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan islami tentang klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan Nabi menikahi Aisyah seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.

Summary:
Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia 9 tahun, Demikian juga tidak ada pernikahan Rasulullah SAW dan Aisyah ketika berusia 9 tahun. Orang-orang arab tidak pernah keberatan dengan pernikahan seperti ini, karena ini tak pernah terjadi sebagaimana isi beberapa riwayat.

Jelas nyata, riwayat pernikahan Aisyah pada usia 9 tahun oleh Hisham ibn `Urwah tidak bisa dianggap sebagai kebenaran, dan kontradisksi dengan riwayat-riwayat lain. Lebih jauh, tidak ada alasan yang nyata untuk menerima riwayat Hisham ibn `Urwah sebagai kebenaran ketika para pakar lain, termasuk Malik ibn Anas, melihat riwayat Hisham ibn `Urwah selama di Iraq adalah tidak reliable.

Pernyataan dari Tabari, Bukhari dan Muslim menunjukkan mereka kontradiksi satu sama lain mengenai usia menikah bagi Aisyah. Lebih jauh, beberapa pakar periwayat mengalami internal kontradiksi dengan riwayat-riwayatnya sendiri. Jadi, riwayat usia Aisyah 9 tahun ketika menikah adalah tidak reliable karena adanya kontradiksi yang nyata pada catatan klasik dari pakar sejarah Islam.

Oleh karena itu, tidak ada alasan absolut untuk menerima dan mempercayai usia Aisyah 9 tahun ketika menikah sebagai sebuah kebenaran disebabkan cukup banyak latar belakang untuk menolak riwayat tsb dan lebih layak disebut sebagai mitos semata. Lebih jauh, Qur'an menolak pernikahan gadis dan lelaki yang belum dewasa sebagaimana tidak layak membebankan kepada mereka tanggung jawab-tanggung jawab.

Note: The Ancient Myth Exposed
By T.O. Shanavas ,  Michigan.

from The Minaret Source: http://www.iiie.net/

Diterjemahkan oleh : Cahyo Prihartono
Read More

Metode Usang Para Pembawa Misi ... Yang Selalu Berbohong




Umat Islam di Indonesia selalu saja mendapat cobaan yang nyata maupun samara-samar dari umat Kristen. Mulai dari kasus Doulos, penistaan Al Quran di Jawa Timur hingga penyusupan Stevanus Armansyah yang terbongkar di Samarinda. Umat Islam di Indonesia sudah cukup sabar dan toleransi terhadap tindak-tanduk umat Kristen mulai dari zaman kemerdekaan. Sebut saja perang keemrdekaan Indonesia yang hampir 95% mayoritas yang maju ke medan perang merupakan umat Islam. Toleransi yang tak kalah pentingnya adalah ketika Piagam Jakarta di buat, uamt Islam mengalah karena umat Kristen bagian Timur menolaknya. Dengan mengedepankan toleransi sekali lagi umat islam mengalah. Seiring berputarnya waktu penghujatan terhadap umat Islam kian hari makin mengkhawatirkan.

Vcd penistaan agama di Jawa Timur, penyusupan oleh Stevanus Armansyah di Samarinda, serta berbagai usaha Kristenisasi terhadap umat islam yang tak dapat disangkal lagi data dan faktanya kian hari membuat gaduh suasana toleransi antar umat beragama. Dahulu Indonesia dikejutkan dengan penerbitan buku “Islamic Invasion” oleh salah satu penerbit Kristen pimpinan Suradi Ben Avraham yang tak urung meyakiti hati umat Islam. Tak dengan buku, umat Islam kembali dihujat di Forum Diskusi bebas Partai Damai Sejahtera yang dengan kasar mencaci maki agama Islam. Penghujatan terhadap Islam di dunia maya sudah kian mengkhawatirkan, mulain dari website Fatihfreedom yang di boncengi para penginjil terselubung, hingga website SABDA pun ikut-ikutan menerapkan metode penginjilan ini.

Kali ini website SABDA menggunakan judul “penggunaan_alquran.doc” yang tersedia pada halaman website resmi mereka di www.sabda.org/lead/_doc yang dapat di buka oleh siaap saja. Sangat disayangkan SABDA sebagai penyebar alkitab elektronik juga latah menghujat Islam menggunakan Al Quran. Di dalam tulisannya pada artikel itu, judul artikel setelah di download adalah “Penggunaan Al Quran dalam Pelayanan”. Jelas sekali kelihatan disini bahwa mereka berusaha menginjili umat isla menggunakan mutilasi ayat seperti halnya Suradi Ben Abraham, Jansen Litik, A. Poernama Winangun serta Abd. Yadi yang sampai saat ini takut untuk berhadapan face to face karena malu untuk kalah argument di depan public. Denga penuh percaya diri, tulisan tersebut dimulai dengan sebuah catatan:

“Kalau seseorang tidak langsung menerima ide-ide di bawah ini, jangan putus asa. Mereka harus mendengarkan hal ini berulang kali dan membiasakan diri dengan konsep ini sebelum mereka akan menerimanya.”

Dengan bahasa yang tendesius ini merka dengan percaya diri mengklaim bahwa jika dapat menggunakan metode ini dengan baik, maka umat islam pasti bisa menjadi Kristen. Klaim kacangan yang di bangun oleh umat Kristen yang awam Islamologi ini sepert biasa menggunakan argument terbitan Nehemia Centre yang pemimipinnya lari keluar negeri, kita simak argument mereka berikut ini:

Al-Masih adalah Allah

Bertanyalah, “Siapakah yang mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat?” Mereka pasti menjawab, “Allah.” Kemudian bacalah Sura 67:26 dengan mereka.

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.’”

Lihat lagi Sura 43:85
“Dan Maha Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Dan juga Sura 41:47
“Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat [1336]…”
[1336] Maksudnya: Hanya Allah-lah yang mengetahui kapan datangnya hari Kiamat itu.
Tanya lagi. “Siapa yang mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat itu?” Sekali lagi mereka akan mengatakan, “Allah.” Terus bacalah Sura 43:61

“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”

Karena Al-Masih juga mengetahui tentang hari kiamat, maka dengan demikian Al-Masih pasti adalah Allah!


Kita tentu geli mengapa umat Kristen mengatakan bahwa Isa al Masih merupakan Allah karena berdasarkan Al Quran. Dengan tegas Al Quran mengatakan bahwa:

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:  
"Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Q.S. Al Maidah: 72).

Bagaimaan mungkin umat islam dapat mengatakan bahwa Isa Al Masih adalah Allah padahal ajaran Al Quran bahwa adalah kafir yang mengatakan Isa Al Masih adalah Allah. mereka berargumen bahwa Isa adalah Allah karena yang mengetahui kiamat adalah Allah dan Isa mengetahui tentang kiamat. Argument mereka pada surat berikut ini:

Dan Sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus. (Q.S. Az Zukhruf 61).

Dari zamannya Hamran Ambrie hingga saat ini ternyata argument yang dipakai ya argument yang itu-itu saja. Argument mereka adalah mengenai “Isa memberikan pengetahuan tentang kiamat” yang merupakan terjemahan dari kata “La ‘Ilmun Lissa’ati”. Kata tersebut bermakna memberi pengetahuan (bukan mengetahui) tentang kiamat alam semesta. Nabi muhaamd dalam berbagai hadisnya juga sering memeberikan pengetahuan tentang kiamat, seperti bagaimana tanda-tanda kiamat, bagaimana posisi umat Islam tentang kiamat dan sebagainya. Tetapi umat Islam tidak pernah sekalipun menuhankan nabi Muhammad karena dia memberi ilmu (pengetahuan) tentang kiamat. Sebaliknya menurut Injil, Yesus pun tak mengetahu kapan kiamat itu. Kita bisa simak ayat berikut:

Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." (Matius 24:36).

Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja." (Markus 13:32)

Yesus sebagai “Anak Tuhan” dan Allah menurut Kristen saja tidak mengetahui kapan “latter day” atau kiamat itu datang, sekarang menjadi lucu adalah di dalam Injilsaja tidak ditemukan tentang hal itu, sekarang mereka malah mencari pembenaran di dalam Al Quran tentang hal itu. Kami sarankan agar jika para penginjil ingin menyerang umat islam dan Al Qura, sebaiknya belajar baasa Arab dan ilmu-ilmu tafsir yang memadai agar tidak disebut sebagai “Jahil Murokkab”. Karena sangat fatal jika memutilasi ayat-ayat seperti model-model Hamran Ambrie, Suradi ben Avraham, Jansen Litik, serta Amos Poernama Winangun.

Artikel: Penggunaan Al Quran dalam Pelayanan” dapat dilihat pada link: http://sabda.org/lead/_doc/penggunaan_alquran.doc secara gratis pada sub domain dari website resmi SABDA.org

by : Aris Hardinanto

NB:
Segera save atau simpan screenshot web tersebut sebelum di hapus oleh adminnya, banyak kasus setelah ada yang "menggerayangi" web hujat Islam tersebut, biasanya oleh adminnya langsung di hapus (http://sabda.org/lead/_doc/penggunaan_alquran.doc)

artikel ini juga di muat pada:
1. http://timfakta.swaramuslim.com/more.php?id=44_0_1_0_M
2. http://swaramuslim.com/fakta/more.php?id=5900_0_16_0_M
Read More

Fitnah dari Filem Fitna

Pencerahan Terhadap "Fitna"

Cukup unik dan berani memang ulah politisi Belanda yang satu ini. Tanpa latar belakang pendidikan cinematografi dan kode etik jurnalistik politisi Belanda yang satu nekat meluncurkan sebuah film yang menurut saya kurang relijius. Geert Wilders, yang hobinya ngejar cewek, sang politisi Belanda tersebut telah meluncurkan sebuah film anti Islam berdurasi 16 menit 48 detik di sebuah situs di dunia Internet. Menurut saya pribadi film itu hanya merupakan sebuah ketakutan akan kalahnya kejahatan oleh kebenaran nilai-nilai di dalam Islam di negeri Belanda. Bagaimana tidak? Secara jujur di dalam harian ibu kota dirinya mengungkapkan bahwa dirinya takut imigran muslim merubah seluruh tindak tanduk kehidupan di negeri Belanda. Film yang berjudul “Fitna” itu sebenarnya merupakan sebuah Fitnah terhadap Islam karena dengan enteng menyebut Islam sebagai biang terror.

Film yang dimulai dengan mengutip sebuah surat di dalam Al Quran lengkap dengan murrotal nya ini seakan-akan menggambarkan bahwa peristiwa WTC pada 11 September 2001 dan bom yang meledak di dalam terowongan kereta api Madrid merupakan murni ajaran Islam.

Kita bisa simak pencaplokan ayat Quran di dalam film Fitna berikut ini:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya . (Q.S. Al Anfal ayat 60).

Sayang sang politisi Belanda tersebut tidak membaca konteks ayat 60 surat Al Anfal tersebut, konteks ayat itu di mulai dari ayat 58 surat yang sama. Di dalam surat tersebut di dalamnya dimuat mengenai perihal pengkhianat dalam sebuah komunitas musyrik yang mana orang musyrik tersebut melakukan pengkhianatan. Oleh Allah jika kita khawatir terhadap perngkhianatan itu, maka kita disuruh untuk mengembalikan atau membatalkan terhadapnya, kita bisa simak pada ayat berikut ini:


Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. (Q.S. Al Anfal ayat 58).

Tidak ada disebut-sebut dalam ayat itu mengenai pembataian masal seperti dituduhkan pada umat islam. Kita kembali pada konteks ayat 60, pada ayat 60 tersebut ditengahkan suasana ketika di medan perang kita memang harus melawan jika kita sedang ditindas, dan melakukan pembelaan terhdapa diri yang dianiyaya merupakans esuatu yang wajib. Coba kita pikirkan, jika kita tidak melawan pemerintahan penjajah Jepang pada waktu silam, maka dipastikan kita tidak akan merdeka, begitu pula dengan konteks ayat ini. ajaran tempeleng pipi kiri berikan pipi kanan tidak ada sama sekali di dalam ajaran Islam, karena kita harus membela diri kita jika kita di zhalimi oleh orang lain asalakan kita pada golongan yang benar. Penjajahan di Indonesia selama 350 tahun telah di lawan oleh perjuangan santri-santri serta ulama-ulama untuk membela apa yang menjadi haknya. Bung Tomo andaikata tidak melakukan pertempuran 10 November, maka dapat dipastikan Indonesia belum merdeka sampai saat ini.

Politisi Geert Wilders lupa pada ayat selanjutnya, yaitu tentang perdamaian. Sangat disayangkan bahwa Geert Wilders tidak mengutip ayat selanjutnya perihal abitrase dalam peperangan. Kita simak ayat berikut ini:

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al Anfaal 61).

Lihat!, betapa mulaianya ajaran Islam yang mengajarkan perdamaian diatas segala-galanya. Perdamaian di tulis dalam surat diatas sebagai poin utama dan terutama dalam setiap defensive terhadap peperangan. Perdamaian lebih diutamakan dari pada peperangan. Geert Wilders sengaja menghilangkan ayat selanjutnya untuk menambah statemen bahwa Islam mengajarkan sesuatu yang buruk.

Selain ayat diatas Geert Wilders juga mengutip tentang ayat Al Quran perihal siksa dalam neraka pada hari pembalasan kelak. Di dalam surat itu dijelaskan bahwa orang-orang yang mengingkari Allah akan disiksa yaitu kulitnya akan diganti kulit yang lain, kita simak ayat berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An Nisaa’ 56).

Allah telah mengutus sekian nabi untuk membimbing umat manusia pada jalan Allah. Syariat dan Minhaj dari masing-masing nabi tentu berbeda. Tetapi kebanyakan umat manusia telah mengingkari syariat dan jalan yang diridhoinya. Seperti contoh mudah adalah tentang perihal nubuatan Muhammad dalam berbagai kitab-kitab yang pernah diturunkan, di dalam berbagai kitab Samawi eksistensi Muhammad telah di jelaskan dengan gambling, tapi apa yang terjadi kemudian? Nubuatan itu dirubah dan diganti agar kabur maknanya. Jika perbuatan baik itu pastilah menghasilakan buah yang baik, dan perbuatan jahat pastilah menghasilkan buah yang busuk atau tidak layak pakan.

Sekali lagi kita melihat adanya kesalahan pengutipan oleh Geert Wilders ini, ternyata dia hanya sampai pada ayat 56, sehingga seolah-olah umat Islam hanya di gambarkan sebagai neraka saja, padahal balasan terhadap perbuatan baik dapat kita lihat di dalam ayat selanjutnya.


Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman. (Q.S. An Nisaa’ 57).

Bagi orang yang menjalankan kebaikan pasti dia akan memperoleh tempat yang merupakan buah dari kebaikannya yaitu amalan sholeh, dan bagi yang mengingkari akan Allah, tentunya buah dari perbuatan buruknya yang akan menemaninya. Dan ajaran ini erupakan ajaran setiap agama di dunia dimana pasti ada baik dan buruk, ada yang beriman dan ada yang kafir, ada wanita ada pria.

Selanjutnya Geert Wilders juga mengutip surat Muhammad ayat 4 berikut:

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) Maka pukullah leher mereka. sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka Maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (Q.S. Muhammad: 4).

Sepintas jika kita tidak melihat dari ayat pertama surat Muhamad ini, maka kesan yang timbul adalah pembunuhan. Konteks ayat pertama hingga ayat yang dikutip dalam film Fitna sejatinya merupakan konteks pada medan pertempuran (perang) ketika peperangan sedang berkecamuk. Kata “Dhorbarrikob” yang berarti memukul pada leher mereka yang dimaksud dengan ungkapan memukul dengan cara mematikan musuh yang biasanya dengan cara memancung ataupun dengan cara mempercepat kematian padalawan dimaksudkan agar lawan ketika bertempur andaikata berperang dan terluka tidak mengalami sakita yang luar biasa dan juga agar lawan yang terluka tidak terlalu lama menahan kesakitan. Dan hal inipun di bolehkan dalam peperangan apapun baik dalam militer maupun dalam peperangan tempo dulu.

Dalam keadaan peperangan korban tak dapat di hindarkan, jika kita berperang melawan musuh yang zhalim, maka hanya ada dua kemungkinan, pihak yang benar yang wafat atau pihak yang salah yang wafat. Jadi bukan merupakan sebuah alas an jika Islam itu mengajarkan pembunuhan seenaknya tanpa alas an. Dalam kisah nabi-nabi maupun orang-orang yang berperang di dalam kitab-kitab sebelum al Quran juga dijelaskan bagaimana teknik perang tersebut. Dan andaikata itu merupakan sebuah ajaran yang wajib di lakukan, maka dapat dipastikan umat manusia (khususnya Islam) akan habis dari dunia ini karena tidak menjaga perdamaian seperti pada surat Al Anfaal ayat 61yang sudah kita bahasa diatas.

Sebetulnya masih banyak kesalahan dan penafsira yang keluar dari konteksnya oleh Geert Wilders untuk menjustifikasi bahwa Islam itu tidak toleran terhadap agama lain dan kebebasan (freedom). Dalam pembahasan diatas sudah dapat kita lihat bagaimana Geert Wilders dengan seenaknya sendiri merubah-rubah kalimat Allah agar keluar dari konteksnya. Bantahan ini dimaksudkan untuk menanggapi statement Geert Wilders di salah satu surat kabar agar argument di bantah dengan argument, maka sebagai umat islam yang dewasa sudah seharusnya kitamemberi penjelasan terhadap mereka yang belum mengerti agar mereka faham yang sebenarnya. Kita tak perlu melalkukan tindakan anarkis yang dapat merusak nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Quran, kita dapat contoh ketika Nabi Muhammad di Thaif di lempari batu hingga berlumuran darah dan gigi beliau tanggal yang saat itu juga Jibril datang menawarkan option kesediaanya untuk mengambil gunung dan melemparnya pada penduduk Thaif; tetapi apa jawab Nabi SAW, Ya Jibril mereka belum mengerti, dan aku akan meminta kepada Allah agar keturunan mereka kelak akan berjuang di jalan Allah.

Wallahu a’lam bi showab.

Link yang memuat artikel ini: http://swaramuslim.com/more.php?id=5921_0_15_0_M
Read More

Di Sebuah Bis Menuju Surabaya



Salah seorang missionaris dalam perjalanan bis kota antar kota mendekati penulis. Awal percakapan itu sang Missionaris menanyakan tentang agama penulis, penulispun menjawab bahwa agama saya adalah Islam. Selanjutnya sang Missionaris itu mulai mencoba "menggerayangI" keimanan penulis dengan bertanya: "Apakah Al Quran menjamin keselamatan seorang muslim, termasuk Muhammad ?", tanpa berpikir panjang saya pun menjawab: "Tentu saja, karena keimanan dan amal shalih yang dapat menghantarkan kita menuju keselamatan di dunia dan akhirat". Berikut ini adalah transkrip perdebatan penulis dengan Missionaris yang mengaku bernama Yapto, tetapi missionaris itu tidak mengetahui siapa penulis sebenarnya pada awal perdebatan. Terima Kasih saya pribadi ucapkan kepada saudara M. Aswin Syahrani yang telah mencatat dan merekam dalam HP perdebatan ini ...

MISSIONARIS : "Anda tentu sholat bukan, mengapa di dalam sholat itu kita selalu mengatakan Allahumma sholi 'alaa Muhammad, yang berarti Ya Allah berilah keselamatan atas Muhammad, secara logika do'a adalah pengharapan akan sesuatu yang belum terjadi agar terjadi, contoh: Saya berdoa agar anda selamat dalam perjalanan anda ini, berarti kan anda belum pasti selamat?"

MUSLIM : "Sholawat yang anda kutip bagi tadi saya belum seberapa membuktikan bahwa muslim itu, termasuk Muhammad, adalah belum selamat; sebenarnya jika anda jeli anda bisa temukan yang kalau ditafsirkan amburadul bisa membuat umat Islam itu tidak tahu jalan alias sesat"

MISSIONARIS : "Lho kok anda malah berkata demikian?"
MUSLIM : "Coba anda buka di Terjemah Quran saya lihat sepintas di tas yang anda bawa tadi".

MISSIONARIS : "Ternyata anda jeli juga, oke saya buka, di surat apa?"
MUSLIM : "Buka surat Al Fatihah ayat 6, dan tolong bacakan"
MISSIONARIS : "Tunjukanlah kami jalan yang lurus (stop saya menyela dirinya)"
MUSLIM : "Secara logika anda, umat Islam belum selamat kan?, dan secara pemahaman anda tadi bahwa doa adalah pengharapan akan sesuatu yang belum terjadi supaya terjadi, misal yang belum selamat menjadi selamat, berarti yang memohon berada di jalan yang lurus belum berada di jalan yang lurus kan?"

MISSIONARIS : "Betul"

MUSLIM : "Seharusnya anda mencounter saya dengan ayat itu dulu untuk membuat saya ragu akan Islam, jangan langsung kutip Sholawat Nabi, kan namanya pemurtadan tidak sistematis, bener gak?"

MISSIONARIS : (tersenyum)

MUSLIM : "Sekarang giliran saya mengcounter anda Oke?, Ayat 6 surat tersebut adalah ajaran dari Allah kepada hambanya dan merupakan falsafah doa. Ajaran ini mempunyai nilai yang sangat tinggi baik filosofis maupun agamis, agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk suatu perilaku yang paling luhur dan dalam, sehingga umat islam menyadari kedudukannya sebagai makhluk dan hamba yang tidak tahu apa-apa. Kita sebagai manusia tentu menyadari kelemahan sebagai ciptaan Allah dan sebagai makhluk Allah sehingga tercipta sebuah tindakan dan sandaran untuk tempat memohon serta meminta pertolongan yang paling utama, yakni perlindungan dan petunjuk dari Nya. Islam mengajarkan agar setiap insan terutama pemeluknya agar selalu merendahkan diri kepada Allah yang menciptakan dirinya, melepaskan sifat keangkuhan dan kesombongan. Bagaimana dengan Yesus yang nada laim sebagai Tuhan? untung saya tadi bawa Alkitab, ini Alkitab saya resmi lho ya yang di terbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. coba anda buka Matius 26: 38-39, saya bacakan tolong kupingnya dipasang: Maka ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari BapaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukuehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki, coba lihat Yesus merendahkan diri di hadapan Bapa, seorang Allah Putera merendahkan diri dihadapan Alah Bapa....

MISSIONARIS : "Tapi konteks ayat itu adalah Yesus ketika akan ditangkap Yahudi sehinga memohon kepada Bapanya".

MUSLIM: "Nah tambah jelas dong Yesus memohon kepada Bapa, berarti Yesus tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya, dalam kaidah logika: Seseorang yang meminta kepada Tuhan adalah bukan Tuhan, Yesus meminta kepada Tuhan berarti Yesus bukan Tuhan, masuk akal gak?"

MISSIONARIS : (Diam)
MUSLIM : "Dan Yesus juga mempunyai dosa, mau bukti?"
MISSIONARIS : "Yesus mengampuni dosa umat manusia, Dia tidak punya dosa"
MUSLIM : "Jangan berkilah, silahkan buka Lukas 11: 2-4 saya bacakan tolong dengarkan dengan kuping mendekat "Bapa dikuduskanlah namaMu....dan ampunilah kami dan atas dosa kami"". Menurut penjelasan logika anda tadi bahwa yang namanya doa adalah pengharapan atas sesuatu yang belum terjadi agar terjadi....naaahhh....ada dua kecacatan Allah menurut logika anda di hadapan ayat ini: 1. adalah Bapa adalah sebelum di doakan adalah belum kudus dan yang kedua adalah Yesus berdoa supaya diampuni dosanya berarti Yesus berdosa.

MISSIONARIS : "Ayat itu merupakan ajaran doa Yesus pada umat manusia agar sellau memohon doa pada diriNya"

MUSLIM : "Tunggu dulu, coba anda perhatikan kata-kata di kuduskan namaMu...dan ampunilah atas dosa kami", kok anda tidak jujur begitu mas, itu ucapan yang menurut logika anda tadi Bapa di doakan agar kudus dan Yesus berdosa meminta ampun akan dosanya, sekarang apa waktu itu Yesus berdoa pada dirinya sendiri? jawab dulu!"

MISSIONARIS : (diam)
MUSLIM : "Ya tidak dong mas, dia berdoa pada BapaNya yaitu Allah Ta'ala, karena Yesus selalu mengatakam Allah adalah Bapa, contoh: "Aku Belum pergi kepada BapaMu dan BapaKu, AllahKu dan AllahMu" Yesus menyebut Allah itu sebagai Bapa.

MISSIONARIS : "Maaf tadi saya belum tahu nama anda (khas penginjil keliling jika sudah terpojok), siapa nama anda?"

MUSLIM : "Saya Aris, dari Tim FAKTA, oke sudah tahu kan nama saya, kita lanjutkan perdebatan kepada sholawat"

MISSIONARIS : "Sebentar lagi saya turun di pertigaan Pandaan, sejujurnya saya senang sekali akan diskusi lintas agama ini"

MUSLIM : "Arah pertanyaan anda dapat saya baca, anda mengambil buku-buku Nehemia Centre, Abdul Yadi, Iskandar Jadeed, Robert Morey, Jansen Litik, dan si Habib Makhrus, apa ada yang terlewat dari ucapan saya?"

MISSIONARIS : " (senyum)...Saya juga heran kok ada anggota FPI yang murtad"
MUSLIM :" Makhrus Ali sudah Islam, sudah berbulan-bulan yang lalu, anda paling baru mendapat gandaan VCD Makhrus beberapa minggu yang lalu paling....iya kan?"

MISSIONARIS : "Lho Makhrus Ali itu Kristen"
MUSLIM : "Ini ada nomer Hp Markus Margianto alias Makhrus Ali, mau saya telfonkan dengan Loud Speaker (sambir masuk ke contacts dan kursor pada Makhrus Ali (Habib Gadungan))?"

MISSIONARIS : (terdiam...)
MUSLIM : "Anda masih orang baru yang belajar memakai bahan lama yang sudah expired, kalau ingin "mengganggu" aqidah umat Islam sebaiknya dengan argumen yang masuk akal, baru dan lebih hebat dari argumen yang itu-itu saja, ada satu kardus lemarin es buku yang macam begitu"

MISSIONARIS : "Oke mas, terima kasih atas waktunya, semoga Tuhan Yesus Memberkati"
MUSLIM : "Mau Debat topik Yesus bukan Tuhan?"
MISSIONARIS : "Ha...ha...ha..(tertawa dan tersenyum kemudian, beberapa saat kemudia ia turun dari bisa di pertigaan Pandaan, Jawa Timur)


NB: Perkuat aqidah dan keilmuan kita agar tidak kaget dalam menghadapi Missionaris yang tiba-tiba berada di samping anda.
Read More

Jumat, 26 Agustus 2011

Ayat - Ayat Alkitab tentang Haramnya Babi

 Alkitab cetakan baru tahun 1996-2005

Imamat 11:7-8 Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.

Ulangan 14:8 juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya.



Alkitab cetakan lama 1991


Imamat11:7-8 Demikian juga babi, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak, haram itu bagimu.


Alkitab cetakan lama tahun 1941

Imamat 11:7-8 Dan lagi babi, karena soenggoehpon koekoenja terbelah doewa, ija itoe bersiratan koekoenja, tetapi tiada ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe. Djangan kamoe makan daripada dagingnja dan djangan poela kamoe mendjamah bangkainja, maka haramlah ija kapadamoe.


Catatan: Menurut Alkitab babi itu haram. Kenyataanya oleh mereka bai diternak secara khusus, dipelihara, dirawat dan dijadikan sebagai bahan dagangan, dagingnya diperjualbelikan sebagai sumber penghidupan. Padahal jangankan memakannya, menyentuh tubuhnya saja dilarang dalam Alkitab.


Semua umat Islam mengharamkan babi. Tetapi hampir semua umat Kristiani justru makan babi, kecuali sebagian kecil saja dari sekte Advent. Ini membuktikan bahwa yang ikut firman Allah dalam Alkitab tentang haramnya babi, adalah umat Islam. Sementara umat Kristiani yang menjadikan Alkitab sebagai Kitab Sucinya, justru tidak mengharamkan makan babi, bahkan babi merupakan makanan kesukaan mereka.


Menjadi pertanyaan , mengapa umat Kristiani tidak mengharamkan makan babi, justru malah mereka menghalalkannya?? Ternyata tanpa mereka sadari , mereka tela mengikuti paham Paulus yang mengatakan bahwa segala sesuatu itu halal. Perhatikan ucapan Paulus sbb:


1. Korintus 6:12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.

Ayat-ayat dalam berbagai bahasa tersebut adalah Surat Kiriman Paulus kepada jemaatnya didaerah Korintus. Pendapat Paulus yang menghalalkan sesuatu, seperti daging babi dan lain-lain, bertolak belakang dengan firman Allah yang mengharamkan babi.

Sebagai umat beragama yng taat, semestinya yang diikuti adalah firman Allah, bukan pendapat Paulus yang hanya manusia biasa.

Seandainya umat Krsitiani mengikuti firman Allah tentang haramnya babi dll, dan bagaimana cara menyembelih hewan, rasanya dalam hal makanan, tidak terlalu diragukan lagi antara Islam dan Kristanbila menghadapi jamuan atau sejenisnya.

Ada juga sebagian umat Kristiani mengatakan bahwa yang haram itu adalah “babi hutan”, jadi “babi piaraan” tidak haram. Padahal Alkitab cetakan lama tertulis “babi”, sementara Alkitab cetakan baru dirobah menjadi “babi hutan” Tentu saja yang benar yaitu “babi”, sebab semua Alkitab cetakan lama tertulis “babi”.

Makna “ babi haram” , berarti semua babi haram, tidak boleh dimakan, termasuk babi hutan. Tetapi “babi hutan haram”, berarti semua babi boleh dimakan, kecuali babi hutan.

Contoh: kata “dilarang mrerokok “ maknanya semua rokok apapun mereknya tidak boleh di hisab. Manakala dirobah menjadi “dilarang merokok bentoel”, berarti semua rokok bisa di hisab, kecuali rokok bentoel bukan? Ini membuktikan bahwa penambahan satu kata saja bisa merobah makna dan arti.

Contoh lain “orang “ jika ditambahkan kata “hutan” akan menjadi “ orang hutan”, tentu artinya sangat jauh berbeda. Demikian juga “babi” dengan “babi hutan” pasti berbeda.

Tetapi sebagian umat kristiani ada juga yang menjadikan alasan babi halal berdasarkan  
Injil Matius 15:11 sbb:
“Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk kedalam mulut yang menajiskan orang , melainkan yang keluar dari mulut yag menajiskan orang.”

Alasan tersebut tidal rasional dan tidak kuat, sebab jika asal masuk kedalam mulut manusia tidak menajiskan, bagaimana jika yang masuk ke mulut adalah : ganja, morphin, shabu-shabu dan sejenisnya apakah jadi halal walaupun merusak tubuh, jiwa dan pikiran manusia?

Yang namanya ganja, morphin, shabu-shabu dan sejenisnya, walaupun sebelum masuk ke mulut manusia dibacakan doa kepada Tuhan atau Yesus, tetap aja haram hukumnya.

Nah ternyata apa-apa yang benar , yang pernah difirmankan oleh Allah dalam Alkitab seperti babi haram , diwahyukan kembali oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi kita Muhammad Saw, didalam Al Qur’an. Alhamdulillah, dimanapun , siapapun dan sampai kapanpun umat Islam tetap akan mengharamkan babi. Firman Allah SWT, babi haram : Qs 2 Al Baqarah 173, Qs 5 Al Maidah 3, Qs 6 Al An’aam 145, dan Qs 16 An Nahl 115.


Contoh: Qs 2 Al Baqarah 173

173. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Qs An ‘aam 145

145. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Read More

KARENA KAMI MENCINTAI YESUS, KAMI MENJADI MUSLIM


Dalam Al Qur’an surat Maryam 16-37 disebutkan bahwa Maryam (Maria) ibu Yesus adalah seorang wanita shalihah yang seluruh hidupnya digunakan untuk mengabdi kepada Allah. Dia amat menjaga kehormatannya dari sentuhan laki-laki. Lalu Allah mengutus roh kudus (malaikat Jibril) utuk memberitahu Maryam bahwa dia akan melahirkan seorang laki-laki bernama Isa Almasih. Untuk membuktikan bahwa bayi laki-laki yang digendongnya itu bukanlah hasil perzinahan, Allah memberi mukjizat kepada Isa (Yesus) yang masih merah itu bsa berbicara:


30. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, 31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; 32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. 33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (Q.S. Maryam 30-33)


Selain mukjizat bisa berbicara ketika nasih bayi berusia beberapa hari, Allah juga memberi mukjizat kepada nabi Isa (Yesus) setelah menjadi nabi, seperti bisa menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang berpenyakit lepra, orang buta mata bisa melihat dan lain-lain,

DEWA MATAHARI

Sebelum nabi Isa lahir, masyarakat Medeterania memiliki kepercayaan yang sudah mendarah daging menyembah Dewa Matahari. Menurut keyakinan mereka, dewa ingin menyelamatkan dan menebus dosa manusia dengan berinkarnasi menjadi manusia anak dewa. Anak dewa ini lahir di hari Minggu (Sunday; sun=matahari; day=hari) tanggal 25 Desember. Di Persia, anak dewa matahari ini disebut Mithra, di Syiria dinami Tammuz, di Yunani bernama Dyonisus, di Mesir disebut Osiris, dan lain-lain.

Sedangkan orang-orang Yahudi hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Tuhan Pencipta Alam semesta. Pada mulanya nabi Ibrahim (nenek moyang bangsa arab dan israel) yang berbahas semit memanggil Tuhannya: Allah atau Eloah. Setelah kematian nabi Sulaiman (raja salomo), Israel pecah menjadi dua. Israel utara menyebut Allah dengan elohim (Allah yang Maha Kuasa); Israel selatan (Yudea) setelah dihancurkan Nebudkadnezar (Babilonia) dan karena ancaman penguasa negara penghancur, maka dia menyamarkan nama Allah menjadi YHWH (Yahweh), yang dalam bahasa Arab berarti “ya Huwa” (ya Dia). Kondisi seperti ini sama dengan yang dialami umat Islam Indonesia yang ditekan oleh penguasa, sehingga mereka tidak berani menyebut nama Allah, melainkan hanya menyebut Tuhan YME (Yang Maha Esa).

Orang yahudi Essenes seperti nabi Zakaria, nabi Yahya dan nabi Isa (yesus) selalu mengikuti ajaran nabi Ibrahim dan menegakkan hukum Taurat nabi Musa as. Sehingga mereka pun menjalani khitan atau sunat, berdoa, dan berwudlu (bersuci), dan sujud dalam shalat.


“Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya” (Lukas 1:59)


“Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebutkan oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Lukas 2:21)

Setiap akan shalat mereka selalu berwudhu atau bersuci:

“Musa dan Harun serta anak-anaknya membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya. Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan dan apabila mereka datang mendekat kepada mezbah itu, maka mereka membasuh kaki dan tangan- seperti yang diperintahkan Tuhan kepadan Musa.” (Keluaran 40:31-32)

Meskipun Paulus telah melakukan beberapa perubahan terhadap ajaran Yesus, dia tetap setia menghormati wudlu sebagaimana dinyatakan dalam Kisah Rasul 21:26 berikut ini:

“Pada hari berikutnya Paulus membawa orang-orang itu serta dengan dia, dan ia mentahirkan (mensucikan) diri bersama-sama dengan mereka, lalu masuk ke Bait Allah........”

Para nabi seperti Ibrahim, Musa, Yosua (Yusak) dan Yesussaat shalat pasti melakukan sujud. Hal ini diakui sendiri oleh Alkitab:

“Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya.....” (Kejadian 17:3)


“Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan Tuhan kepada mereka.” (Bilangan 20:14)


“Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya:”Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?” (Yosua 5:14)

“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita,” (Mazmur 95:6)


“Maka Ia (Yesus) maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39; Markus 14:35; Lukas 22:41-42)

Dan Yesus sendiri dengan tegas menyatakan bahwa dia tidak akan menghapus atau mengganti hukum Taurat:

”Karena Aku (Yesus) berkata kepada-mu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Matius 5:18)

Kepergian Yesus setelah selamat dari upaya pembunuhan dan penyaliban, terjadi keadaan:

1. Murid-murid Yesus tetap melanjutkan ajaran gurunya yakni bertauhid (tidak ada tuhan selain Allah) dan menegakkan hukum Taurat.

2. Masyarakat yang sudah mendarah daging dengan kepercayaan kepada Dewa Matahari dan Anaknya dengan berbagai nama di wilayah masing-masing, menganggap bahwa nabi Isa (Yesus) yang mampu melakukan sesuatu yang luar biasa (mukjizat) adalah Anak Dewa Matahari, yang kemudian disebut sebagai Anak Tuhan Allah.

3. Penguasa kekaisaran Romawi melihat kesamaan agama-agama yang dianut oleh penduduk di wilayah kekuasaanya, meskipun nama dewanya berbeda: Mithra, Tammuz,Osiris dan Dionysius. Kecuali bangsa Yahudi yang hanya menyembah kepada Allah.

Agar tidak terjadi kekacauan karena masalah agama yang bisa merugikan imperium Romawi, maka kekaisaran berusaha mempersatukan agama-agama mereka yang pada hakekatnya tuhan sesembahan mereka adalah sama, dewa matahari, meskipun namanya berbeda. Disamping masyarakat Medeterania sudah menganggap sudah menganggap Yesus adalah Anak Dewa Matahari, sekaligus sebagai inkarnasi dewa berwujud manusia, Romawi ingin menampilkan figur yang bisa mewakili agam Yahudi, maka ditunjuklah Yesus untuk dijadikan figur sentral kesatuan agama tersebut. Yesus dijadikan sebagai Anak Tuhan pengganti Anak Dewa Matahari, dengan kompensasi seluruh ajaran Taurat Musa yang ditegakkan oleh Yesus diganti dengan tatacara agama penyembah berhala atau dewa matahari.

Penguasa Romawi menugasi semacam Badan Intelijen dimasa kini, yang kemudian menunjuk Sauls (Paulus) sebagai pelaksananya dengan cara melakukan ilfiltrasi di internal murid-murid Yesus.Oleh karena itu kita bisa memahami kesimpangsiuran pengakuan pertobatan Paulus yang dicatat oleh dokter pribadiya, Lukas, dalam Kisah Para Rasul 9:7; 22:9; dan 26:13-14.

Paulus sebagai agen intelejen yang diback up penuh oleh penguasa, berhasil mempengaruhi masyarakat Medeterania yang memang sudah menganalogikan bahwa Yesus itu sama dengan Anak Dewa Matahari. Surat-surat Paulus dianggap surat suci, dan Injil yang diterima Yesus dari Allah diganti dengan Injil yang beisi cerita tentang Yesus. Surat Paulus dan Injil buatan orang-orang dekat Paulus ini kemudian dikumpulkan menjadi Kitab Suci Perjanjian Baru yang kemudian menjadi pegangan hidup bagi umat Kristen sekarang.

Agar lebih mudah untuk memahami gerakan ilfiltrasi Paulus ini, Kami contohkan seperti kasus Jaringan Islam Liberal di Indonesia (JIL).

Untuk mengacaukan ajaran Islam, Badan Intelejen Amerika Serikat, CIA, (Central Intellegent Agency) membentuk lembaga dana sosial bernama Asia Foundation yang mengucurkan dana 1,4 milyar dollar per tahun kepada JIL yang diketuai oleh Ulil Abshar Abdallah. Setiap minggu JIL berhasil mendominasi tulisan satu halaman di koran Jawa Pos yang tirasnya mencapai sekitar 350.000 eksamplar per hari, begitulah pula dengan koran lainnya. Ulama atau cendikiawan yang ingin meluruskan pandangan JIL, tidak akan pernah mendapatkan tempat tulisannya di koran tersebut, Mereka pun berhasil memasuki organisai massa Islam terbesar di Indonesia Nahdatul Ulama, Muhammadiyah.

Dosen-dosen IAIN (sekarang UIN atau STAIN ) selurruh Indonesia banyak mendapatkan bea siswa dari lembaga ini untuk meraih gelar doktor di bidang Islamologi di Universitas yang memiliki jurusan Islamic Studies yang didirikan oleh orientalis atau missionaris, seperti McGill Canada, Leiden Belanda dan lain-lain. Dengan harapan mereka akan menjadi agen-agen perubahan ajaran Islam sesuai dengan kehendak lembaga yang mendanainya. Dari sinilah jutaan mahasiswa yang belajar di kampus Islam di poles oleh agen-agen ini yang bertopeng sebagai cendikiawan muslim.

Dari dua kutub agen ini, Al Qur’an, al- Hadits, dan referensi karya ulama Islam yang di akui otoritasnya digugat. Sedangkan pendapat dan karya orientalis barat tentang Islam dianggap sebagai ajaran final dan sempurna - ditelan mentah-mentah begitu saja - tidak pernah digugat ke absahannya. Tubuh mereka ada di timur, Otak dan hati mereka ada di Barat. Inilah bom waktu yang ditanam oleh barat ditubuh umat Islam, yang siap meledak meluluh-lantakan tubuh itu.

Paulus menggugat kebenaran ajaran Taurat yang ditegakkan oleh Yesus.Selama hidupnya, Yesus tidak pernah memakan daging babi, juga tidak pernah menghalalkan daging hewan haram ini, karna hukumTaurat mengharamkannya ( Imammat 11:7 dan ulangan 14:8 ). Sedangkan Paulus dan pengikutnya menghalalkannya atas nama Yesus ( Markus 7:19 ); Yesus sunat Paulus melarang sunat, dan lainnya dapat dibaca pada buku ini, 10 Alasan menjadi Pengikut Yesus yang setia harus masuk Islam.

Semua ajaran dan tata cara ibadah yang dilaksanakan oleh nabi-nabi Allah, seperti Ibrahim (Abraham), Musa, Daud (David), Zakariah, Yahya (Yohanes Pembaptis) dan Isa/Yesus alaihis salam (semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kedamaian padanya). Diikuti dan dilestarikan oleh umat Islam. Karena kami mencintai nabi-nabi Allah, termasuk mencintai nabi Isa (Yesus), maka kami harus menjadi Muslim (Orang Islam).


KARENA KAMI MENCINTAI YESUS, KAMI MENJADI MUSLIM
Sambutan KH Abdullah Wasi'an & Masyud SM

Surabaya, 10 April 2005
Read More

Tentang Saraf Yang Merasakan Sakit Terdapat Pada Kulit, Bukan Otak !!


Profesor Tejatat Tejasen mengucapkan kalimat "Laa illaha illallah Muhammad Rasul Allah." Pria ini mengucapkan kalimat shahadah. Dengan demikian dia menyatakan menjadi seorang Muslim. Hal ini terjadi selama Konferensi Kedokteran ke-5 yang diadakan di Riyadh, Saudi Arabia. Dialah Profesor Tejatat Tejasen, Ketua Jurusan Anatomi di Chiang Mai, Universitas Thailand. Dia sebelumnya Dekan Fakultas Kedokteran di Universitas yang sama.

Kami menunjukkan beberapa ayat al-Quran dan Hadis Nabi kepada Profiesor Tejasen yang sesuai dengan keahliannya dalam bidang anatomi. Dia memberi alasan bahwa mereka juga memiliki kitab dalam agama Budha yang menerangkan gambaran fase perkembangan embrio yang sangat akurat. Kami mengatakan kepadanya bahwa kami sangat senang dan tertarik untuk melihat gambaran itu dan belajar tentang kitab itu. Setahun kemudian, Profesor Tejasen datang ke Universitas King Abdul Aziz sebagai penguji dari luar. Kami mengingatkannya tentang pernyataan yang dibuatnya setahun yang lalu, tetapi dia minta maaf dan mengatakan bahwa pada saat dia membuat pernyataan itu tanpa mengetahui persoalan itu dengan pasti. Akan tetapi, ketika dia mencek Kitab Tripitaka, ternyata dia tidak menemukan pertalian dengan pokok masalah.

Atas dasar hal ini, kami menghadirkan sebuah kuliah tertulis Profesor Keith Moore tentang kecocokan antara embriologi modern dengan apa yang tertulis di dalam al-Quran dan Sunnah. Dan kami bertanya kepada Profesor Teja sen jika dia tahu tentang Profesor Keith Moore. Bahkan dia menjawab bahwa dia tentu tahu Profesor Moore dan menambahkan bahwa Profesor Moore adalah salah satu ilmuwan dunia yang terkenal dalam bidangnya.

Ketika Profesor Tejasen mempelajari artikel ini, dia juga sangat heran. Kami menanyakannya beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan keahliannya. Salah satu pertanyaan itu menyinggung tentang penemuan terbaru dalam hal dermatologi tentang sifat-sifat kulit sebagai salah satu alat panca indera.

Dinyatakan kepada Profesor Tejasen: "Anda akan tertarik untuk mengetahui isi kitab ini, kitab al-Quran, sebagai referensi pada 1400 tahun yang lalu yang menyinggung tentang persoalan hukuman bagi orang yang tidak beriman atau kafir yaitu akan masuk neraka yang dipenuhi api. Dalam hal ini dinyatakan bahwa ketika kulit mereka mengalami kerusakan, Allah membuat kulit lain untuk mereka sehingga mereka merasakan hukuman balasan di dalam neraka itu. Ini menunjukkan pengetahuan tentang bagian terakhir dari urat syaraf dalam kulit dan ayat tersebut artinya:

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kulit mereka hangus, Kami ganti mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS an-Nisa : 56)

Kami menanyakannya: "Jadi Anda setuju bahwa ini referensi tentang pentingnya bagian terakhir dari urat syaraf dalam perasaan kulit, 1400 tahun yang lalu?" Profesor Tejasen menjawab: "Ya, saya setuju."

Pengetahuan tentang perasaan kulit ini telah diketahui lama sebelumnya, sebab hal ini dikatakan jika seseorang berbuat salah, kemudian dia akan dihukum dengan menghanguskan kulimya dan kemudian AIlah akan menggantinya dengan kulit baru, yang menutupi mereka agar mereka tahu bahwa dia disiksa kembali. Hal ini berarti mereka tahu beberapa tahun lalu bahwa rangsangan perasaan sakit pasti ada di kulit, sehingga mereka akan diganti dengan kulit yang baru. Kulit adalah pusat kepekaan luka bakar. Oleh karena itu, jika kulit terbakar api seluruhnya, akan kehilangan kepekaannya. Dengan berdasar alasan inilah maka Allah akan menghukum orang-orang kafir di hari kiamat dengan mengembalikan kulit mereka ke keadaan semula secara terus menerus, sebagaimana Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia berfirman dalam al­Quran surat an-Nisa : 56.

Kami menanyakan kepadanya sebuah pertanyaan sebagai berikut: "Apakah mungkin ayat-ayat al-Quran ini datang dari Nabi Muhammad SAW dari sumber manusia?" Profesor Tejasen mengakui bahwa ayat-ayat al-Quran tidak mungkin bersumber dari manusia. Akan tetapi dia masih menanyakan tentang sumber ilmu pengetahuan itu dan dari mana Nabi Muhammad kemungkinan menerima ayat-ayat itu? Kami menjawab: "Dari Allah, Yang Maha Agung dan Maha Mulia." Kemudian dia bertanya: "Siapakah Allah itu?" Kami menjawab: "Dia adalah pencipta semua yang ada di jagat raya ini. Jika Anda mendapatkan kebijakan kemudian hal ini hanya datang dari satu-satunya Yang Maha Bijaksana. Jika anda menemui pengetahuan dalam pembuatan alam semesta ini, Dialah pencipta alam semesta, satu ­satunya Yang Maha Mengetahui. Jika Anda mendapatkan kesempurnaan komposisi ciptaan-Nya, inilah bukti bahwa Dialah Yang Maha Sempurna. Dan jika Anda mendapatkan kemurahan hati kemudian memberikan kesaksian ini pada kenyataan bahwa penciptaan itu dimiliki sebagai satu kesatuan tata tertib dan menghubungkan bersama dengan kuat, kemudian inilah bukti bahwa inilah ciptaan Sang Pencipta, Allah Yang Maha Agung dan Maha Kuasa.

Profesor Tejasen setuju dengan apa yang kami terangkan kepadanya. Dia kembali ke negaranya di mana dia menyampaikan beberapa perkuliahan tentang pengetahuan barunya dan penemuannya. Kami telah memberikan informasi kepada lima orang mahasiswa yang kemudian masuk Islam sebagai hasil dari perkuliahan ini. Kemudian pada saat Konferensi Kedokteran ke-5 yang diselengagrakan di Riyadh, Profesor Tejasen mengikui seri perkuliahan tentang tanda-tanda kedokteran dalam al-Quran dan Sunnah. Profesor Tejasen menghabiskan empat hari dengan beberapa perkuliahan, Muslim dan non-Muslim, membicarakan tentang fenomena di dalam al-Quran dan Sunnah. Pada sesi akhir itu, Profesor Tejasen berdiri dan berkata:

"Pada hari ketiga tahun-tahun terakhir ini, saya menjadi tertarik mempelajari al-Quran yang mana Syeikh Abdul Majid az-Zindani berikan kepada saya. Tahun lalu, saya mendapati tulisan Profesor Keith Moore terakhir dari Syeikh. Dia meminta saya menerjemahkan ke dalam bahasa Thai dan memberikan sedikit kuliah kepada Muslim di Thailand. Saya telah memenuhi permintaannya. Anda dapat melihatnya dalam video tape yang saya berikan kepada Syeikh sebagai sebuah hadiah. Dari penelitian saya dan apa yang saya pelajari secara keseluruhan dalam konferensi ini, saya percaya bahwa semuanya yang telah tertulis di dalam al­Quran pasti sebuah kebenaran, yang dapat dibuktikan dengan peralatan ilmiah. Sejak Nabi Mubammad SAW yang tidak dapat membaca maupun menulis, Muhammad pasti seorang utusan yang menyiarkan kebenaran yang diturunkan kepadanya sebagai seorang yang dipilih oleh Sang Pencipta. Pencipta ini pasti Allah atau Tuhan. Oleh karena itu, saya berpikir inilah saatnya saya mengucapkan kalimat "Laa illaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah) Muhammad Rasul Allah (Muhammad adalah utusan Nya). "


Saya tidak hanya belajar dari pengetahuan ilmiah selama konferensi itu, tetapi juga kesempatan yang bagus bertemu dengan beberapa ilmuwan baru dan bertemu dengan mereka sebagai sesama peserta. Hal yang paling berharga yang saya peroleh ketika datang ke konferensi ini adalah saya mengucapkan kalimat "Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasul Allah," dan saya menjadi seorang Muslim.

Kebenaran itu datangnya dari Allah sebagaimana firmannya di dalam al-Quran:

"Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menyuruh (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkara lagi Maha Terpuji. " (QS Saba': 6)

Read More

Profesor Goeringer Punya Cerita

Kami perkenalkan Prof. G.C. Goeringer kepada Anda. Dia adalah Direktur Kursus dan Direktur Asosiasi Ahli Kesehatan Embrio di Jurusan Biologi Sel, Sekolah Kedokteran Universitas George­town, Washington DC. Kami bertemu dengannya dan menanyakan apakah dalam sejarah embriologi ada beberapa sebutan fase yang berbeda dari pertumbuhan embrio dan apakah ada buku tentang embriologi pada zaman Nabi Muhammad SAW atau beberapa abad setelahnya yang mana menyebutkan bermacam-macam fase atau apakah pembagian fase yang berbeda ini hanya datang untuk dilketahui pada pertengahan abad kesembilanbelas. Dia berkata bahwa Yunani Kuno memperhatikan studi embriologi dan beberapa dari mereka mencoba menggambarkan apa yang terjadi dengan janin dan bagaimana pertumbuhannya. Kami setuju dengannya bahwa Aristoteles di antara mereka, mencoba menguraikan beberapa teori pada suatu subjek tetapi apakah ada beberapa sebutan yang dibuat dari fase ini?

Kami tahu bahwa fase ini tidak diketahui sampai pertengahan abad kesembilan belas dan tidak ditunjukkan sampai awal abad kedua puluh. Setelah diskusi yang panjang, Profesor Goeringer setuju bahwa tidak ada sebutan fase-fase ini. Dengan demikian, kami menanyakannya jika ada beberapa terminologi secara khusus menggunakan persamaan fase-fase ini yang mana telah ditemukan di dalam al-Quran. Namun jawabannya negatif. Kami menanyakannya: "Apakah pendapat Anda tentang istilah ini yang mana : al-Quran menggunakan untuk menggambarkan fase yang dilewati janin?" Setelah diskusi yang panjang, dia menunjukkan sebuah studi pada konferensi tentang kedokteran di Saudi Arabia yang kedelapan. Dia menyebutkan dalam studinya tentang dasar ketidaktahuan seseorang dalam fase-fase ini. Dan juga mendiskusikan secara komprehensif dan ketelitian ayat al-Quran dalam penggambaran pertumbuhan janin secara ringkas dan meluas yang membawa kebenaran secara menyeluruh. Mari kita dengarkan penjelasan pendapat dari Profesor Goenger:


"Dalam kaitannya dengan ayat al­Quran yang berarti penggambaran pertumbuhan manusia secara komprehensif dari percampuran gamet dengan organogenesis. Tidak ada perbedaan dan rekaman yang lengkap dari pertumbuhan manusia seperti klasifikasi istilah dan penggambaran kehidupan sebelumnya. Kebanyakan, jika tidak semua hal, gambaran ini mendahului beberapa abad rekaman fase yang bervariasi dari embrio manusia dan rekaman pertumbuhan yang berhubungan dengan janin dalam literatur ilmiah tradisional. "


Diskusi dengan Profesor Georinger membawa kami untuk berbicara tentang fakta bahwa penemuan baru-baru ini menghapuskan beberapa kontroversi. Meskipun kelahiran Nabi Isa itu suci yang telah menjadi kepercayaan orang-orang Nasrani selama berabad-abad, beberapa di antara umat Nasrani bersikeras bahwa Nabi Isa harus memiliki seorang ayah, sebagai kelahiran yang suci "secara ilmiah adalah hal yang tidak mungkin". Mereka memperdebatkan hal ini dan kemungkinan mereka tidak tahu, bahwa ada kemungkinan penciptaan tanpa seorang ayah. Al-Quran menjawab mereka dan memberikan contoh penciptaan Nabi Adam AS. Sebagaimana firman Allah SWT:


"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya “Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. " (QS Ali Imran : 59)


Ada tiga tipe penciptaan:


1. Nabi Adam AS diciptakan tanpa seorang ayah maupun ibu.

2. Hawa diciptakan tanpa seorang ibu.

3. Nabi Isa AS diciptakan tanpa seorang ayah.

Oleh karena itu, hanya Allah yang bisa menciptakan Adam tanpa seorang ayah maupun ibu yang juga bisa menciptakan Nabi Isa AS dari seorang ibu tetapi tanpa seorang ayah. Namun demikian, umat Nasrani masih melanjutkan perdebatan mereka meskipun Allah telah mengirim bukti petunjuk kepada mereka setelah adanya bukti. Kemudian, ketika mereka tetap memper­tahankan kontroversi ini, mereka menjawab bahwa mereka tidak pernah melihat atau mendengar seseorang yang diciptakan tanpa seorang ayah dan seorang ibu. Tetapi ilmu pengetahuan modern sekarang telah mengungkapkan bahwa beberapa binatang yang ada di muka bumi ini dilahirkan dan direproduksi tanpa perbuatan dari spesies jantan.

Sebagai contoh, lebah jantan memiliki telur tidak lebih dari satu yang mana telur tersebut tidak dibuahi oleh pejantan, sedangkan telur yang dibuahi pejantan itu berfungsi sebagai betina. Lagi pula, lebah jantan diciptakan dari telur ratu tetapi tidak mengalami pembuahan dari pejantan. Ada beberapa contoh lain selain contoh binatang ini di muka bumi. Terlebih Iagi manusia sekarang memiliki peralatan ilmiah yang membangkitkan semangat telur betina dari beberapa organisme untuk itulah telur ini berkembang tanpa pembuahan dari pejantan.


Mari kita baca perkataan Profesor Goeringer:


"Pada tipe dari pendekatan ini, telur tanpa pembuahan dari beberapa spesies amphibi dan mamalia tingkat lebih rendah dapat diaktifkan dengan peralatan mekanik (seperti tusukan jarum), fisik (seperti goncangan yang panas) atau peralatan kimia dengan sejumlah zat kimia yang berbeda dan melanjutkan untuk kemajuan pertumbuhan fase. Dalam beberapa spesies, tipe pertumbuhan partenogenetik ini alami. "


Allah telah memberikan jawaban dengan pasti ke­pada kita dan Dia menggunakan Adam, bagi orang yang percaya, sebagai contoh ada manusia yang tidak memiliki ayah maupun ibu. Beberapa umat Nasrani meyakini hal ini sebagai sebuah penyimpangan dari kenyataan bahwa manusia dapat lahir tanpa seorang ayah. Oleh karena itu, Allah menunjukkan mereka sebuah analogi manusia yang tidak memiliki ayah dan ibu, yaitu Nabi Adam AS. Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam al-Quran, surat Ali Imran: 59.

Allah berkehendak bahwa ada kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan yang membuktikan kebenaran setelah datangnya kebenaran yang telah diturunkan di dalam al-Quran. Inilah jalan bahwa ayat-ayat dalam kitab suci itu diturunkan dengan perjalanan waktu yang lama. Ayat-ayat ini dipelajari para sejarawan dan ilmuwan yang terkemuka dari agama kita dan generasi yang akan datang. Ilmu pengetahuan tidak akan pernah habis dalam mengkaji keajaiban al-Quran.



"Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS Saba' : 6)



"Dan sesunguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita al-Quran setelah beberapa waktu lagi. " (QS Shaad : 88)



"Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui. " (QS al-An'am : 67)


"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu. " (QS Fushshilat : 53)
Read More

Kejujuran Seorang Professor Anatomi Keith L. Moor

Buku berjudul "Perkembangan Manusia" yang ditulis Profesor Keith Moore telah diterjemahkan ke dalam delapan bahasa. Buku ini dijadikan referensi penelitian ilmiah, dan dipilih oleh Komite Khusus di Amerika Serikat sebagai buku terbaik yang ditulis oleh satu orang. Kami bertemu dengan penulis buku ini dan menjelaskan kepadanya beberapa ayat al-Quran dan hadis yang berkaitan dengan spesialisnya di bidang embriologi.



Profesor Moore meyakinkan keterangan kami, sehingga kami mengajukan pertanyaan sebagai berikut: "Anda menyebutkan di buku Anda bahwa pada abad pertengahan tidak ada kemajuan dalam ilmu pengetahuan dalam bidang embriologi dan hanya sedikit yang tahu pada saat itu. Pada saat yang sama, al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan beliau mengajarkan kepada masyarakat sesuai dengan apa yang Allah turunkan kepadanya. Di dalam al-Quran Juga menjelaskan gambaran penciptaan manusia secara detail dan perkembangan manusia pada fase yang berbeda. Anda adalah seorang ilmuwan yang ternama, namun, mengapa Anda tidak membela kebenaran dan menyebutkan kebenaran ini di dalam buku Anda?" Beliau menjawab: "Anda memiliki bukti dan saya tidak. Jadi, mengapa Anda tidak mempresentasikan hal itu kepada kami?"

Kami melengkapinya dengan bukti dan Profesor Moore ternyata terbukti menjadi seorang ilmuwan yang ternama. Dalam bukunya edisi ketiga, dia membuat beberapa tambahan. Buku ini telah diterjemahkan, sebagaimana yang kami sebutkan sebelumnya ke dalam delapan bahasa, termasuk bahasa Rusia, Cina, Jepang, Jerman, Italia; Portugis, dan Yugoslavia. Buku ini dapat dinikmati karena sudab tersebar ke seluruh dunia dan dibaca beberapa ilmuwan dunia yang terkenal.

Profesor Moore menyatakan di dalam bukunya tentang Abad Pertengahan bahwa:


"Perkembangan ilmu pengetahuan berjalan secara lambat dari zaman pertengahan dan ada sedikit perkembangan penyelidikan dalam hal embriologi yang diusahakan selama abad ini sebagaimana yang telah kita ketahui. Hal ini dijelaskan di dalam al-Quran, kitab suci umat Muslim, manusia diciptakan dari sebuah campuran pengeluaran dari laki-laki dan perempuan. Beberapa referensi yang lain menyebutkan bahwa penciptaan manusia itu dari setetes mani (sperma) dan juga diharapkan bahwa hasil dari organisme itu terbentuk dalam janin perempuan seperti sebuah biji enam hari setelah permulaan (blastosit manusia mulai tertanam sekitar enam hari setelah pembuahan).


Al-Quran juga menyebutkan bahwa setetes mani itu berkembang menjadi segumpal darah yang membeku. Penanaman blastosit atau secara spontan gagal/gugur akan menyerupai segumpal darah secara konsep. Embrio juga dikatakan mirip segumpal zat/substansi seperti permen karet atau kayu (sesuatu yang mirip dengan gigi yang menandakan gumpalan zat).

Perkembangan embrio menjadi manusia pada hari keempat puluh sampai keempat puluh dua dan tidak lama kemudian fase ini mirip embrio binatang. Pada fase ini, embrio manusia mulai memperoleh sifat-sifat manusia. Al-Quran juga menjelaskan bahwa pertumbuhan embrio mengalami tiga kegelapan, pertama, dinding perut depan (ibu), kedua, dinding uterus, ketiga, membran Amniokhorionik. Ruangan yang tidak mengizinkan memperbincangkan beberapa referensi Yang menarik lainnya yang berkaitan dengan pertum­buhan manusia sebelum dilahirkan yang muncul di dalam al-Quran.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah ditulis Prof. Moore di dalam bukunya. Segala puji bagi Allah. Dan sekarang telah disebarkan ke seluruh dunia. Kesesuaian antara ilmu pengetahuan dan al-Quran ini menjadikan kewajiban bagi Profesor Moore untuk menjelaskan hal ini di dalam bukunya. Dia menyimpulkan bahwa klasifikasi modern dari fase perkembangan embrio yang telah diterima di seluruh dunia tidaklah mudah atau lengkap. Hal ini tidak menolong pemahaman dari perkembangan fase embrio, sebab fase itu menurut basis angka, yaitu fase 1, fase 2, fase 3, dan seterusnya. Pembagian yang dijelaskan di dalam al-Quran tidak tergan­tung dengan sistem basis angka. Al-Quran mendasarkan pada perbedaan sesuai bentuk yang dilewati embrio agar mudah diidentifikasi.

Al-Quran menjelaskan fase perkembangan janin sebelum kelahiran sebagai berikut: Nutfah yang berarti "tetesan" atau air yang sedikit jumlahnya, alaqah yang berarti struktur seperti lintah, mudghah yang berarti struktur seperti kunyahan, `idhaam yang berarti tulang atau kerangka, kisaa ul-idham bil-laham yang berarti daging pembungkus tulang atau otot, dan an-nash'a yang berarti bentuk janin yang jelas. Profesor Moore telah mengetahui bahwa bagian ayat al-Quran ini benar­benar berdasarkan pada fase pertumbuhan janin sebelum masa kelahiran. Dia memberi cacatan bahwa bagian ini menunjukkan penggambaran secara ilmiah yang elegan yang mencakup banyak hal dan praktik.


Dalam suatu konferensi, Profesor Moore menyatakan sebagai berikut: Embrio berkembang di dalam kandungan ibu atau dilindungi uterus dengan tiga selubung atau lapisan, sebagaimana yang ditunjukkan dalam kaca mikroskop. (A) Menggambarkan dinding perut depan, (B) Dinding Uterus (C) Membran Amniokhorinik. Sebab fase embrio manusia ini kompleks, memperlihatkan kelanjutan dari proses perubahan selama pertumbuhan, telah diusulkan bahwa sistem klasifikasi baru dapat dikembangkan dengan penggunaan istilah yang tersebut di dalam al-Quran dan Sunnah. Usulan ini sangat sederhana, luas, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan tentang embriologi sekarang ini.

Studi al-Quran dan hadis secara intensif empat abad terakhir telah menurunkan sistem klasifikasi embrio manusia yang menakjubkan sejak al-Quran diturunkan pada abad ketujuh. Meskipun Aristoteles, penemu ilmu pengetahuan tentang embriologi, menyadari bahwa pertumbuhan embrio anak ayam pada fase dari penelitiannya terhadap telur ayam pada abad keempat. Dia tidak memberikan penjelasan secara mendetail tentang fase ini. Sejauh yang diketahui dari sejarah embriologi, hanya sedikit yang tahu tentang fase dan klasifikasinya embrio manusia sampai abad kedua puluh. Untuk alasan tersebut, gambaran embrio manusia di dalam al-Quran itu tidak berdasarkan ilmu pengetahuan secara ilmiah pada abad ketujuh. Hanya kesimpulan yang masuk akal bahwa gambaran ini diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak dapat mengetahui secara mendetail sebab beliau seorang yang buta huruf, yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan ilmiah.

Kami mengatakan kepada Profesor Moore, “Apa yang Anda katakan adalah benar, tetapi kebenaran itu kurang mutlak dibandingkan dengan bukti yang telah kami tunjukkan kepada Anda dari al-Quran dan sunnah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan embriologi khususnya. Oleh karena itu, mengapa Anda tidak mengerjakan kebenaran dan sama sekali tidak membawa cabang dari ayat-ayat al-Quran dan hadis yang berhubungan dengan bidang spesialisasi atau keahlian Anda?”

Profesor Moore mengatakan bahwa dia telah me­masukkan beberapa referensi yang sesuai pada tempat yang cocok dalam sebuah buku khusus ilmiah. Akan tetapi, dia akan mengundang kami untuk membuat beberapa tambahan secara Islami, yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Quran dan Hadis Nabi dan menyoroti berbagai macam aspek yang menakjubkan agar dimasukkan pada tempat yang cocok di dalam buku.

Hal ini telah dikerjakan dan akibatnya Profesor Moore menulis sebuah perkenalan untuk tambahan tentang Islam dan hasilnya dapat Anda lihat dalam buku ini. Setiap halaman berisi fakta tentang ilmu pengetahuan embriologi, kami telah menjelaskan beberapa ayat al­Quran dan hadis yang membuktikan bahwa al-Quran dan sunnah tidak dapat ditiru. Apa yang kami saksikan sekarang Islam menjadi berkembang ke daerah baru yang di dalamnya berisi keadilan dan tidak memihak pikiran orang.

Non-Muslims Quotes: Keith L. Moore (Professor of Anatomy)

"For the past three years, I have worked with the Embryology Committee of King cAbdulaziz University in Jeddah, Saudi Arabia, helping them to interpret the many statements in the Qur'an and Sunnah referring to human reproduction and prenatal development. At first I was astonished by the accuracy of the statements that were recorded in the 7th century AD, before the science of embryology was established. Although I was aware of the glorious history of Muslim scientists in the 10th century AD, and some of their contributions to Medicine, I knew nothing about the religious facts and beliefs contained in the Qur'an and Sunnah."

At a conference in Cairo he presented a research paper and stated:

"It has been a great pleasure for me to help clarify statements in the Qur'an about human development. It is clear to me that these statements must have come to Muhammad from God, or Allah, because most of this knowledge was not discovered until many centuries later. This proves to me that Muhammad must have been a messenger of God, or Allah."


Professor Moore also stated that:

"...Because the staging of human embryos is complex, owing to the continuous process of change during development, it is proposed that a new system of classification could be developed using the terms mentioned in the Qur'an and Sunnah. The proposed system is simple, comprehensive, and conforms with present embryological knowledge.

"The intensive studies of the Qur'an and Hadith in the last four years have revealed a system of classifying human embryos that is amazing since it was recorded in the seventh century A.D... the descriptions in the Qur'an cannot be based on scientific knowledge in the seventh century..."


Professor Keith L. Moor

Read More